Contoh Puisi Toen Herarti
Contoh
Puisi Toen Herarti
Sajak-sajak Toeti Heraty
NOSTALGI = TRANSENDENSI
Nostalgi sama dengan transendensi
betul, ini permainan kata
lagi-lagi kata asing
tapi apa sih yang tidak asing
tapi itu hanya ilusi
kembali pada nostalgi
berarti kehilangan
yang dulu-dulu dibayangkan
hanya tidak mencekam lagi, karena
lembut dengan ironi
saat kini yang berkilas balik
siapa tahu nanti …
kini — dulu — nanti, teratasi
bukankah itu transendensi?
POST SCRIPTUM
Ingin aku tulis
sajak porno sehingga
kata mentah tidak diubah
jadi indah, pokoknya
tidak perlu kiasan lagi
misalnya payudara jadi bukit,
tubuh wanita = alam hangat
senggama = pelukan yang paling akrab
yang sudah jelas
tulis sajak itu
antara menyingkap dan sembunyi
antara munafik dan jatidiri.
CINTAKU TIGA
cintaku tiga, secara kanak-kanak
menghitung jari
kusebut satu per satu kini
yang pertama serius dan dalam hatinya
tidak terduga
bertahun-tahun ku jadi idaman
mesraku membuat pandangannya sayu mungkin
ia merasa iba padaku
ingin aku membenam diri, melebur
dalam mesra rayu, iba dan sayu
pandangnya yang begitu sepi, tapi
ia paling mudah untuk dikelabui—
yang lain, berfilsafat ringan dan kesabaran
tak pernah kulepas ia dari pandangan
petuah orang, — lidah tak bertulan —
tak kupedulikan karena ia
kata-katanya tepat untuk setiap peristiwa
sesudah akhirnya mengecap bibirnya
ia tinggalkan aku dan sesudah itu?
ah, biasa saja, tak ada sesuatu terjadi
memang ia tidak begitu peduli —
pelu pula kusebut yang ketiga, bukannya
lebih baik dirahasiakan saja, karena
ia datang hanya malam hari, engsel pintu pun
telah diminyaki
suaranya tegang, berat, menghe;a
ke sorga tirai-ranjang
pandang pesona tajam memaksa, akhirnya
menghitung hari setiap bulan
meskipun itu urusan nanti
ketiga cinta yang aku miliki
kapan kujumpai pada satu orang?
ELEGI II
1
dengan Sryani, dari A sampai Z
Asrul dan Zaini, 1967
kau gelisah sayang —, katakan itu cinta
tampaknya malam akan menyingkirkan awan
tetapi pucuk-pucuk mendung
memercikkan getar
pohon tegak-tegak
rumput semak dan riuh kota telah lelap
bersembunyi dalam satu nada sunyi
menunggu adalah pembunuan lambat
yang sedang berlalu
dan semangat hidup hilang melewati
lobang-lobang dalam kelam
kau gelisah sayang —, katakan itu cinta
kau membuang muka tak mau melihat
bulan dilingkari sepi
sepi dan detak jantung dua-duanya menjadi
degup lambat dan semakin berat
menunggu taufan selesai.
2
katakan itu cinta
yang kehilangan mimpi dan sisa-sisa
diulur dari hari ke hari
dalam satu dunia
kelabu —, katakan itu cinta
yang kehilangan mimpi, tapi
apa yang hendak dikata bila
tiba-tiba perahu berderet menyisih
bergulung layar
dan mimpi dibawa gelombang kembali
terdampar
bukankah kita undur setapak karenanya
dan kelip-kelip pelita malam adalah mata
berkedip bertahan
mengimgkari kekalahan
3
karena kupu-kupu yang hinggap —
kelepar kuning membuat semakin pekat
sejuk hijau, yang menjadikan
bayangan cinta semakin mesra
di antara semak kuncup yang merah
hampir-hampir merapat ke tanah
tapi nyala kelopak sempat
menjadikan bayangan cinta
lebih mesra
dan tangan-tangan cemara yang mengusap langit
lebih asyik mengagumi lambaian
satu pohon palma
jadikan bayangan cinta lebih mesra
waspadalah, waspadalah karena cinta.
4
suatu saat
bulan akan cemerlang kembali
ia cemerlang sekali
ah, bulan —,
dilingkari sepi lebih cemerlang
dari semula, ia kembali
ia kembali
bulan dan cemerlang
membakar kerat-merat dendam dan
usapan-usapan yang meredam, hilangnya
mantra sakti yang mendendangkan
lagu tidur yang membuai
waspadalah terhadap cinta —
bulan, bulan telah kembali.
Ingin aku tulis
sajak porno sehingga
kata mentah tidak diubah
jadi indah, pokoknya
tidak perlu kiasan lagi
misalnya payudara jadi bukit,
tubuh wanita = alam hangat
senggama = pelukan yang paling akrab
yang sudah jelas
tulis sajak itu
antara menyingkap dan sembunyi
antara munafik dan jatidiri.
CINTAKU TIGA
cintaku tiga, secara kanak-kanak
menghitung jari
kusebut satu per satu kini
yang pertama serius dan dalam hatinya
tidak terduga
bertahun-tahun ku jadi idaman
mesraku membuat pandangannya sayu mungkin
ia merasa iba padaku
ingin aku membenam diri, melebur
dalam mesra rayu, iba dan sayu
pandangnya yang begitu sepi, tapi
ia paling mudah untuk dikelabui—
yang lain, berfilsafat ringan dan kesabaran
tak pernah kulepas ia dari pandangan
petuah orang, — lidah tak bertulan —
tak kupedulikan karena ia
kata-katanya tepat untuk setiap peristiwa
sesudah akhirnya mengecap bibirnya
ia tinggalkan aku dan sesudah itu?
ah, biasa saja, tak ada sesuatu terjadi
memang ia tidak begitu peduli —
pelu pula kusebut yang ketiga, bukannya
lebih baik dirahasiakan saja, karena
ia datang hanya malam hari, engsel pintu pun
telah diminyaki
suaranya tegang, berat, menghe;a
ke sorga tirai-ranjang
pandang pesona tajam memaksa, akhirnya
menghitung hari setiap bulan
meskipun itu urusan nanti
ketiga cinta yang aku miliki
kapan kujumpai pada satu orang?
ELEGI II
1
dengan Sryani, dari A sampai Z
Asrul dan Zaini, 1967
kau gelisah sayang —, katakan itu cinta
tampaknya malam akan menyingkirkan awan
tetapi pucuk-pucuk mendung
memercikkan getar
pohon tegak-tegak
rumput semak dan riuh kota telah lelap
bersembunyi dalam satu nada sunyi
menunggu adalah pembunuan lambat
yang sedang berlalu
dan semangat hidup hilang melewati
lobang-lobang dalam kelam
kau gelisah sayang —, katakan itu cinta
kau membuang muka tak mau melihat
bulan dilingkari sepi
sepi dan detak jantung dua-duanya menjadi
degup lambat dan semakin berat
menunggu taufan selesai.
2
katakan itu cinta
yang kehilangan mimpi dan sisa-sisa
diulur dari hari ke hari
dalam satu dunia
kelabu —, katakan itu cinta
yang kehilangan mimpi, tapi
apa yang hendak dikata bila
tiba-tiba perahu berderet menyisih
bergulung layar
dan mimpi dibawa gelombang kembali
terdampar
bukankah kita undur setapak karenanya
dan kelip-kelip pelita malam adalah mata
berkedip bertahan
mengimgkari kekalahan
3
karena kupu-kupu yang hinggap —
kelepar kuning membuat semakin pekat
sejuk hijau, yang menjadikan
bayangan cinta semakin mesra
di antara semak kuncup yang merah
hampir-hampir merapat ke tanah
tapi nyala kelopak sempat
menjadikan bayangan cinta
lebih mesra
dan tangan-tangan cemara yang mengusap langit
lebih asyik mengagumi lambaian
satu pohon palma
jadikan bayangan cinta lebih mesra
waspadalah, waspadalah karena cinta.
4
suatu saat
bulan akan cemerlang kembali
ia cemerlang sekali
ah, bulan —,
dilingkari sepi lebih cemerlang
dari semula, ia kembali
ia kembali
bulan dan cemerlang
membakar kerat-merat dendam dan
usapan-usapan yang meredam, hilangnya
mantra sakti yang mendendangkan
lagu tidur yang membuai
waspadalah terhadap cinta —
bulan, bulan telah kembali.
PENYESALAN
mengapa justru malam itu
kau datang padaku?
dalam mimpi lembayung bugenvil
dan bayangan berhadapan, tiba-tiba nyata:
lelaki mencium gadis jangkung
mengecup jari tangannya
berdua kita tegak
salah seorang berpaling muka
engkau atau aku? mengapa?
mengapa justru malam itu
kau datang padaku?
dalam mimpi lembayung bugenvil
dan bayangan berhadapan, tiba-tiba nyata:
lelaki mencium gadis jangkung
mengecup jari tangannya
berdua kita tegak
salah seorang berpaling muka
engkau atau aku? mengapa?
SEKALI-SEKALI
untuk P.H.
setelah tiga hari bercinta, sudah kuduga
kata-kata tegas terang
tak akan menjelaskan
oasis di tengah padang
dan bahwa hidup dijelajahi dalam-dalam
sehingga mereka enggan kembali
dari dunia, dibatasi oleh tirai
bulu mata berkedip dan lingkar cahaya
yang tak lebih
hanya boleh menerangi bagian pipi
kesegaran mata air, kepenuhan
madu hangat-tungku
tiada lain adalah kecupanmu
siapa dia, siapa aku bila kulit
pemisah dengan ruang menghantu
hanya jadi lembab selubung karena
belai merah lembayung
mendekap muka pada dada
membenam dalam bayangan sana sini
tersingkap rahasia dan gelap
lalu terdiam temukan kata-kata kembali
terucap, tanpa ujung pangkal
sebelum lingkungan mengambil wujud lagi
betapa kejam
perpisahan setelah sama-sama mendiami
liang semesta penuh ilham
dan saingan pertanyaan:
bila bertemu kembali?
akan seperti ini?
jadi kesenyapan tanya-jawab, saat akrab
yang telah lenyap hanya didambakan
samar-samar nanti:
bunga berkelopak hitam
berkembang mendadak dalam gelap
untung, tak ada yang menyaksikan
untuk P.H.
setelah tiga hari bercinta, sudah kuduga
kata-kata tegas terang
tak akan menjelaskan
oasis di tengah padang
dan bahwa hidup dijelajahi dalam-dalam
sehingga mereka enggan kembali
dari dunia, dibatasi oleh tirai
bulu mata berkedip dan lingkar cahaya
yang tak lebih
hanya boleh menerangi bagian pipi
kesegaran mata air, kepenuhan
madu hangat-tungku
tiada lain adalah kecupanmu
siapa dia, siapa aku bila kulit
pemisah dengan ruang menghantu
hanya jadi lembab selubung karena
belai merah lembayung
mendekap muka pada dada
membenam dalam bayangan sana sini
tersingkap rahasia dan gelap
lalu terdiam temukan kata-kata kembali
terucap, tanpa ujung pangkal
sebelum lingkungan mengambil wujud lagi
betapa kejam
perpisahan setelah sama-sama mendiami
liang semesta penuh ilham
dan saingan pertanyaan:
bila bertemu kembali?
akan seperti ini?
jadi kesenyapan tanya-jawab, saat akrab
yang telah lenyap hanya didambakan
samar-samar nanti:
bunga berkelopak hitam
berkembang mendadak dalam gelap
untung, tak ada yang menyaksikan
Tokoh-tokoh Puisi Kontemporer:
1.
Sutardji Calzoum Bahri
Beberapa
karya-karyanya yaitu:
1. Kumpulan
sajak o, amuk, kapak
2. Tragedi
sihka dan winka
3. Batu
2.
Supardi Djoko Damono
Beberapa
karya-karyanya yaitu:
1. Dukamu
Abadi (Kumpulan sajak, 1969)
2. Mata
Pisau (Kumpulan sajak, 1974)
3. Akuarium
(Kumpulan sajak, 1974)
3.
Goenawan Muhamad
Beberapa
beberapa karya-karyanya yaitu:
1. Dadaku
adalah perisaiku (kumpulan sajak, 1974)
4.
Leon Agusta
Beberapa
karya-karyanya yaitu:
1. Catatan
putih (Kumpulan sajak, 1975)
2. Hukla
(Kumpulan sajak, 1979)
5.
Korrie Layun Rampan
Beberapa
karya-karyanya yaitu:
1. Matahan
pingsan di ubun-ubun (kumpulan sajak, 1974)
6.
Emha Ainun Nadjib
Beberapa
karya-karyanya yaitu:
1. “M”
Frustasi (kumpulan sajak, 1976)
2. Nyanyian
Gelandangan (Kumpulan Sajak, 1981)
7.
Hamid Jabbar
Beberapa
karya-karyanya yaitu:
1. Paco-Paco
(Kumpulan Sajak, 1974)
2. Dua Warna
(Kumpulan Sajak Bersama Upita Agustina, 1975)
8.
Toen Herarti
Beberapa
karya-karyanya yaitu:
1.
Sajak-Sajak 33 (Kumpulan Sajak, 1973)
9.
Linus Suryadi
Beberapa
karya-karyanya yaitu:
1. Langit
Kelabu (Kumpulan Sajak, 1976)
PUISI
KONTEMPORER
Istilah puisi kontemporer di padankan
dengan istilah puisi inkonvensional, puisi masa kini, puisi mutakhir, istilah
kontemporer di dalam puisi kontemporer tidak menunjuk kepada waktu walaupun di
dalam kamus istilah itu berarti dewasa ini. Masa kini atau mutakhir , pengenaan
atau penerapan istilah kontemporer pada puisi kontemporer lebih mengarah kepdaa
kehendak menunjukkan pada kondisi kreatif seniman di dalam mengolah dan
menemukan idiom-idiom baru.
Jika yang berpendapat bahwa kontemporer
pada puisi kontemporer menunjukkan pada waktu dan bukan pada model puisi
tertentu, maka pendapat demikian itu perlu diluruskan atau diperbaiki.
Mengertikan seni kontemporer atau lebih khusus kepada puisi kontemporer dengan
memakai kurun waktu misalnya dari tahun sekian sampai dengan tahun sekian,
merupakan langkah atau sikap yang gegabah, tidak setiap hasil karya atau puisi
misalnya tahun 1970-an berhak disebut kontemporer selama di dalamnya tidak
terdapat atau tampak ciri-ciri kontemporer. Oleh karena itu, puisi kontemporer
tidak menunjuk pada waktu. Didalam puisi kontemporer salah satu wajah yang
penting adalah wajah eksplorasi dan sejumlah kemungkinan baru. Kemugkinan baru
itu antara lain lahirnya eksperimen berupa penjungkirbalikan kata. Penciptaan
kata-kata baru. Penciptaan idiom-idiom baru, percobaan semantik dan sintaksis.
Puisi kontemporer tidak hanya terikat
pada tema, tetapi juga terikat pada struktur fisik puisi. Berdasarkan
keberadaan puisi kontemporer ini, maka pengertiannya, puisi yang muncul pada
masa kini yang bentuk dan gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada
umumnya, puisi yang lahir di dalam kurun waktu tertentu yang memiliki ciri-ciri
yang berbeda dengan puisi lainnya.
Puisi kontemporer adalah bentuk puisi
yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Misalnya,
Sutardji mulai tidak mempercayai kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada
eksistensi bunyi dan kekuatannya. Danarto justru memulai kekuatan garis dalam
menciptakan puisi.
No comments:
Post a Comment