Gaya hidup Remaja Dalam
Perkembangan Zaman
A. Pengertian Gaya
hidup
Pengertian Gaya
hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan
seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Atau
juga, gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya
hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin
berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau
negatif bagi yang menjalankannya. Yah, tergantung pada bagaimana orang tersebut
ngejalaninnya.
Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192)adalah pola hidup seseorang di dunia
yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang
dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252), gaya hidup adalah
“A mode of living that is identified by how people spend their time
(activities), what they consider important in their environment (interest), and
what they think of themselves and the world around them (opinions)”. (https://fachritiar.wordpress.com/tag/pengertian-gaya-hidup/), diakses 27 Agustus 2016 (Saif Ipunk)
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup
yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa
yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang
pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut
Minor dan Mowen (2002, p. 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang
hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.
Selain itu, gaya hidup menurut Suratno
dan Rismiati (2001, p. 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia
kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang
bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi
dengan lingkungan.
Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan
pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu.
Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara
demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat
pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor
psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik
konsumen.
B. Ramaja
Remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan diantara masa
kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak
baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang.
Masa remaja ditandai dengan datangnya pubertas,
yaitu proses kematangan seksual yang mengubah seorang anak menjadi individu
yang matang secara biologis untuk melakukan reproduksi seksual. Perempuan
biasanya mengalami masa pubertas lebih awal dari pada laki-laki. Data
mengatakan bahwa pubertas mempunyai efek psikologis pada remaja yaitu pada
citra tubuh, mood, harga diri,
hubungan dengan orang tua dan lawan jenis. Namun dikatakan pula bahwa banyak
juga sebagian remaja yang melewati hal ini tanpa kegalauan yang berat
(Atkinson, 2010).
Menurut seorang ahli psikososial bernama Erikson,
setiap tahap perkembangan manusia selama hidupnya terdapat krisis yang harus
dihadapi masing-masing individu sesuai kelompok usianya. Pada masa remaja yang
kira-kira berkisar dari umur 10 – 20 tahun, krisis yang dihadapinya adalah
krisis identitas. Pada masa ini, remaja berusaha mencari jati dirinya. Anak
muda mempertanyakan hal-hal seperti siapa aku, ingin seperti apa diriku dan apa
yang aku cari dalam hidupku. Remaja juga akan mengeskplorasi banyak hal untuk
menemukan identitasnya. Namun kerap saat pencarian identitas ini remaja harus
berbenturan dengan orang tua atau aturan yang ditetapkan orang dewasa.
Lingkungan dan orang tua/dewasa yang suportif dapat membantu remaja menemukan
jati dirinya secara sehat dan membantunya keluar dari krisis identitas
(Santrock, 2008).
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26)
bahwa adolescene diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional. (http://belajarpsikologi.com/ pengertian-remaja/), diakses 27 Agustus 2016 (Saif Ipunk)
Manusia dalam hidupnya mengalami berbagai fase
perubahan yang disebut perkembangan, dimana perkembangan ini merupakan
bertambahnya kemampuan manusia secara fisik maupun psikis dan bersifat
kualitatif. Seorang individu bisa dikatakan berhasil ketika ia bisa melewati
setiap fase dalam perkembangan itu dengan menyelesaikan tugas perkembangannya.
Dalam melewati setiap fase itu, individu mungkin akan menghadapi hambatan baik
itu dari aspek fisik, kognitif, emosi, sosial maupun spritual. (https://coretanzulfah.wordpress.com/2015/12/22/makalah-psikologi-perkembangan-masa-remaja/)
C. Psikologi Remaja
Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya
emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa)
dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan
oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan
psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena
erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu
dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri
daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan
orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri
dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan
mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya
ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap
harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya. (http://www.ragamtips.com/ 2014/03/26/ciri-ciri-remaja-dilihat-dari-sisi-psikologis/)
diakses 27 Agustus 2016 (Saif Ipunk)
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai
bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang
lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau
dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
D. Kehidupan Remaja Masa Kini
Dalam hal ini kaitannya dengan kehidupan para remaja
Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan
seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat di sekitarnya dan
bagaimana cara orang tersebut hidup.
Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat jelas.
Mereka bukan lagi termasuk
golongan anak-anak, tetapi juga belum juga diterima secara penuh untuk masuk
kedalam golongan orang dewasa. Seringkali kita kenal bahwa masa remaja adalah masa
“mencari jati diri” atau masa ”topan dan badai”, mereka belum mampu mengusai dan
memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Pada umumnya remaja
memiliki rasa ingin tahu yang besar, hal itu mendorong remaja untuk berpetualang,
menjelajah sesuatu, mencoba sesuatu yang belum dialaminya. Mereka sering
mengkhayal, dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya
merasa disepelekan atau tidak dianggap. Untuk itu mereka memerlukan keteladanan,
konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa. Jika keinginan
tersebut mendapatkan bimbingan dan penyaluran yang baik, maka akan menghasilkan
kreatifitas yang bermanfaat. Jika tidak, dikhawatirkan dapat menjurus kepada hal
negatif (kenakalan remaja). Seringkali mereka melakukan perbuatan menurut normanya
sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan yang dilakukan oleh
orang dewasa/orang tua di masyarakat. (http://agusgunawan21.blogspot.co.id/), diakses 27 Agustus 2016 (Saif Ipunk)
golongan anak-anak, tetapi juga belum juga diterima secara penuh untuk masuk
kedalam golongan orang dewasa. Seringkali kita kenal bahwa masa remaja adalah masa
“mencari jati diri” atau masa ”topan dan badai”, mereka belum mampu mengusai dan
memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Pada umumnya remaja
memiliki rasa ingin tahu yang besar, hal itu mendorong remaja untuk berpetualang,
menjelajah sesuatu, mencoba sesuatu yang belum dialaminya. Mereka sering
mengkhayal, dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya
merasa disepelekan atau tidak dianggap. Untuk itu mereka memerlukan keteladanan,
konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa. Jika keinginan
tersebut mendapatkan bimbingan dan penyaluran yang baik, maka akan menghasilkan
kreatifitas yang bermanfaat. Jika tidak, dikhawatirkan dapat menjurus kepada hal
negatif (kenakalan remaja). Seringkali mereka melakukan perbuatan menurut normanya
sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan yang dilakukan oleh
orang dewasa/orang tua di masyarakat. (http://agusgunawan21.blogspot.co.id/), diakses 27 Agustus 2016 (Saif Ipunk)
Perkembangan anak masa sekolah menengah adalah
memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya kematangan
belumlah sempurna jika tidak memiliki moral yang diterima secara universal.
Penadapat itu menunjukkan pentingnya remaja memiliki landasan hidup yang kokoh,
yaitu nilai-nilai moral, terutama yang bersumber dari agama. Terkait dengan
kehidupan beragama remaja, ternyata mengalami proses yang cukup panjang untuk
mencapai kesadaran beragama yang diharapkan. Kualitas kesadaran bersama..
Pikumas dalam Hartinah (2008) menyatatak bahwa tugas
utama dalam perkembangan anak masa sekolah menengah adalah memperoleh
kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya kematangan belumlah
sempurna jika tidak memiliki moral yang diterima secara universal. Penadapat
itu menunjukkan pentingnya remaja memiliki landasan hidup yang kokoh, yaitu
nilai-nilai moral, terutama yang bersumber dari agama. Terkait dengan kehidupan
beragama remaja, ternyata mengalami proses yang cukup panjang untuk mencapai
kesadaran beragama yang diharapkan. Kualitas kesadaran beragama remaja sangat
dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang dietrimanya
sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga.Masa Remaja Awal (Usia 13-16
tahun) Pada masa ini terjadi perubahan fisik secara cepat, yaitu dengan dimulai
tumbuhnya cirri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-organ seks
seperti: cirri primer (menstruasi pada wanita atau mimpi basah pada pria), dan
cirri sekunder (tumbuhnya kumis, jakun, bulu-bulu di sekitar kemaluan, dan
membesarnya buah dada pada wanita, membesarnya pinggul).Pertumbuhan fisik yang
terkaiat dengan organ seksual mengakibatkan terjadinya kegoncangan emosi,
kecemasan, dan kekawatiran pada diri remaja. Bahkan lebih jauh kondisi itu
dapat mempengaruhi kesadaran beragamanya, apalagi jika remaja kurang
mendapatkan pengalaman atau pendidikan agama sebelumnya. Penghayatan rohaninya
cenderung skeptic (acuh tak acuh), cuek atau was-was) sehingga muncul
keengganan atau kemalasan untuk melakukan berbagai ibadah, misalnya sholat. (http://artikeltentangperkembangan. blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-zaman.html). diakses 27 Agustus 2016 (Saif Ipunk).
Remaja zaman kini itu selalu dikaitkan dengan
teknologi. Banyak di sekitar kita wanita yang memakai celana pendek di depan
umum yang di ajarkan dalam ajaran islam yaitu harus menutup aurat kecuali
telapak tangan dan muka bagi seorang wanita yang beragama islam. Sebagian besar
mereka lebih mengikuti trendmode di masa kini, seperti contohnya berpakain
seperti orang luar negeri dan bergaya kebarat-baratan. Yang kita tahu bahwa
trend mode yang ada di luar negeri itu menyimpang moral. Sedangkan Negara
Indonesia terkenal dengan kesopanan dan budi luhurnya. Kalau kita menanggapi
hal ini dengan negatif maka akan berdampak negatif juga untuk penerus kita
selanjutnya. Contoh yang dilakukan orang luar negeri seperti bermabuk-mabukan
bahkan banyak remaja terutama kaum adam di zaman sekarang yang sudah
minum-minuman keras bahkan narkoba. Mereka beranggapan bahwa jika tidak
mengkonsumsi barang tersebut maka ia akan dinilai sebagai remaja yang
ketinggalan zaman atau tidak gaul. Ini salah satu contoh yang salah atau tidak baik,
karena kalau mereka mengkonsumsi barang-barang haram tersebut bias merusak
kesehatan mereka apalagi mereka dalam tahap perkembangan terutama bagi pengguna
narkoba, dampak negative dari penggunaan narkoba adalah dapat mengalami
gangguan syaraf pada otak yang tidak berjalan sempurna dapat mengalami gangguan
mental. Untuk itu di zaman yang serba modern ini, mari kita sebagai penerus
bangsa Indonesia harus memajukan bangsa terutama dalam kebudayaan karena Negara
Indonesia yang terkenal akan kayanya kebudayaan. Hindari hal-hal yang berdampak
negatif, boleh kita mengikuti gaya kebarat-baratan asalkan itu mengandung nilai
yang positif. (http://www.kompasiana.com/idarukmanah/gaya-hidup-remaja-di-zaman-sekarang_54f7a02fa33311747a8b48b9) diakses 27 Agustus 2016 (Saif Ipunk)
Terimakasih artikelnya sangat bermanfaat,,
ReplyDeletePerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Apakah Anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website kami http://kbagi.com/ untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)